03 november 2011. Yah itulah tanggal
dimana sebuah kisah terjadinya sebuah hari yang sangat melelahkan jiwa dan
pikiranku sepanjang tahun 2011. Sebenarnya tidak hanya ini saja. Maksudku,
benarkah dalam setahun seseorang hanya dibuat lelah baik raga maupun pikirannya
hanya oleh satu hal saja? Tidak mungkin bukan? Sudahlah.. itu hanya pembicaraan
yang menghabiskan waktu. Kejadian ini menimpaku saat aku berada di kelas 3 smp.
Pokoknya check this out aja yah..
Mungkin ini berawal dari kalahnya
aku di perang semalam di mimpi melawan lelaki yang jelas lebih tua dariku. Dan hari
ini dikasih hukumannya di kehidupan nyata! Nyebelin! Euhh.. --“
Begini, pagi2 aku buat peer yang
belum sempat aku kerjakan kemarin. Mungkin itu pun salah satu sebab dari
deretan sebab yang membuka suatu pintu neraka terbuka di pagi hari Kamis, yang
mana hari Kamis adalah hari yang telah aku kutuk menjadi hari yang paling
menyebalkan dari ke 6 hari lainnya. Banyak hal maupun kejadian yang buruk yang
aku habiskan di hari kamis. Itu bisa berupa apa saja. Dan aku tahu kamis ini
adalah salah satunya. Karena aku.. punya firasat. Dan kegiatan mengerjakan peer
pada pagi hari ini ternyata telah membuat jarum2 di jam dinding semakin bekerja
lebih cepat saja! Tau2 waktu telah menunjukan pukul 06.30! OH MY….! aku harus
segera berangkat! Aku pun dengan segera membereskan buku2 dan dengan sigap
mengomando adikku untuk cepat bergegas
pergi ke sekolah. Tapi apa yang ku dapati? Dia belum bersepatu! Matilah aku.
Aah! -.-
Kekesalanku ternyata tak hanya
berada di dalam rumah saja, aku dapatkan keadaan genting seperti itu kembali
ketika aku benar2 tak menemukan seorang ojek pun yang biasa nongkrong di
pangkalan ojek dekat rumahku. Hari ini sungguh benar2! :@ Dan, tiba2 munculah
angkutan umum yang akan membawaku menuju sekolah, aku segera stop angkotnya.
Dan perasaanku seketika agak lega ketika duduk dalam mobil angkot dan perlu aku
akui sebagian dari jiwaku merasa terancam, karena tau sendirilah.. waktu tak
mungkin di-pause atau dikembalikan
menjadi kembali pagi, bukan? Dan karena
itulah.. aku diliputi rasa khawatir, cemas, takut2 sampai sekolah kesiangan.
Dan sialnya, perasaan itu muncul menjadi kenyataan saja dan membuat rasa kesalku
malah muncul lagi, tepat saat salah satu penumpang meminta untuk diantar dahulu
ke tempat yang memang berlawanan arah dengan laju mobil angkot tersebut dan itu
cukup membuatku tahu diri bahwa mobil itu harus memutar dan itu tentunya akan
memakan banyak waktu. Emosiku makin menjadi, mengingat aku sedang datang bulan
hari pertama. Tau rasanya kan? Sensitive sekali. Makin membuat aku hampir gila
karenanya. Tapi coba tebak apa yang bisa aku lakukan? Tidak ada. Mau protes?
Hey.. aku kan hanya salah satu dari penumpang yang ada. Yang aku bisa lakukan?
Sabar. Hanya itulah yang dapat membantu, walaupun tak banyak. Tak tega aku
melirik jam tangan yang tengah aku pakai walaupun itu hanya sebentar. Yang saat
itu aku pikirkan adalah.. aku berharap semoga ada keajaiban yang datang di hari
ini. Seperti sekolah diliburkan karena tanggal merah yang tiba2 muncul di
seluruh kalender seperti yang dilakukan alat doraemon di kartun doraemon. Ahh..
tapi itu kan mustahil. Kalau guru2 ada rapat? Rasanya itu mustahil juga. Dan kira2 itulah adu argument yang terus
menerus terjadi dalam benak pikiranku selama dalam perjalanan menuju sekolah. Dan baru kusadari setelahnya, mobil angkot ini
sungguh berjalan sangat pelan bahkan lebih pelan dari jalannya seekor siput.
Aahh rese!! Batinku.
Ku amati sepanjang jalan, begitu
amat sudah jarang pelajar yang kulihat. Haduuhh, apakah kini sudah sangat siang
untuk jam masuk sekolah? aah, rasanya aku ingin menangis saja, tapi aku segera
menahannya. Karena selain memalukan, itu tak akan membuat semuanya berubah
dalam sekejap. Akhirnya aku pasang wajah (sok) tegar. Begitu mobil angkot itu
sudah berbelok, aku sangat lega, karena tinggal beberapa puluh meter lagi di
sebelah kiri aku akan menemukan gapura yang akan mengantarku menuju sekolahku
tercinta. Bahkan aku dapat membayangkannya. Wajahku pun tiba-tiba berseri.
Sebenarnya aku bisa saja berhenti dan memutuskan berlari untuk segera sampai di
sekolah. tapi aku urungkan niatku itu karena :
1. Aku sudah dipastikan akan
terlambat.
2. Itu hanya membuang energy yang
ada. Kau tahu? Energy yang yang ada dalam ragaku ini aku sengaja siapkan untuk
memahami pelajaran hari ini dengan baik. Bukan untuk berlarian di sepanjang
jalan.
Tapi seketika itu pulalah senyum
dan semangat yang menyala2 yang tadinya ada itu kemudian redup. Ada yang
menyetop angkutan itu lagi. Sebenarnya itu akan terasa biasa saja. Tapi tidak
dalam situasi dan kondisi yang sekarang, tentunya. Dan pemandangan yang aku
lihat itu membuat cahaya itu semakin remang2 saja. Penumpang itu cerewet
–bahkan sangat cerewet- dan bersikeras agar supirnya meluluskan permintaannya.
Dengan sopan sang supir menolaknya. Nah.. walaupun sang supir telah menolaknya,
dengan tidak tahu malu nenek2 cerewet itu nyelonong masuk saja ke dalam angkot.
Gak ekstrem gimana coba penumpang yang satu itu? setengah gila, apa memang
pemandangan biasa? Sungguh! Bolehkah aku mencekiknya? :@ entahlah aku emosi
dibuatnya, yang aku pikirkan sekarang adalah.. bagaimana aku bisa sampai di
sekolah agar tidak terlalu telat? Tapi sayangnya cahaya itu dibuat benar2
hilang tak berbekas begitu si penumpang setengah gila itu meminta supir untuk
mengantarkannya ke jalan menuju daerah yang arahnya memerlukan belokan dan itu sungguh..
bukanlah jalan yang aku harapkan. Kessseeeellll!! Tapi untunglah si supir masih
punya hati. Ia beralasan “kasihan anak sekolah” sempat terharu memang, tapi itu
sama sekali tidak membantu dalam keadaan serba genting yang semakin bergemuruh
dalam hati ini. 0,1% ketenangan mungkin ada, tapi itu tak berarti 1% bukan?
Sungguh.. hari ini membuatku sangat frustasi. Belum lagi, jalan yang akan
dilewati itu merupakan wilayah yang memang dipadati dengan arena sekolah itu
adalah langganan macet, jadi mau gak mau kendaraan yang lewat terutama mobil,
hanya bisa berjalan merayap lambat, lain cerita dengan motor yang mungkin masih
ada harapan untuk bisa selap selip sana sini. Ah iblis banget pagi ini!
Setelah adikku turun, tak lama
aku pun turun. Dimulai dari gapura aku langsung lari2 sendiri, sebenarnya tidak
ada alasan khusus untukku berlari ataupun berjalan. Aku hanya sedang menikmati
suasana terlambat.. merasa genting dan ribet sendiri. Oke aku bohong, aku
berlari karena aku melakukannya dengan spontan. Suasana pun makin menegang
ketika sepanjang jalan menuju sekolah tidak ada satupun siswa maupun siswi yang
terlihat, seperti pemandangan biasa yang aku lihat tiap harinya. Dan pasrahlah
sudah, disini aku bertemu gerbang yang sepertinya lebih pantas diperuntukan
oleh para pidana, -dibanding anak sekolahan- karena benar2 tidak dapat ditembus.
Jangankan ditembus. Dilihat dalamnya saja tidak bisa. Yang bisa terdengar
hanyalah suara seseorang yang sedang mengaji dari dalam sana. Ini sudah
dipastikan aku sudah terlambat.. ya iyalah. Orang gerbangnya ditutup rapet gitu
sampe gak ada celah.
Dan yah aku tercatat sebagai
siswi yang telat diurutan ke-9 pagi itu dan aku termasuk kloter-2. Seharusnya
aku senang karena ada angka 9 disitu –yang merupakan angka favoritku dulu. Tapi
apakah aku pantas senang dan membantu? Kukira tidak. Dan kloter ke-2 disitu makin
memberitahuku bahwa aku sampai di sekolah pukul 7 lebih pagi itu. “Payah!”
sekali lagi aku berkata seperti itu sambil mengentakan kaki hingga baru
terasalah kakiku yang sakit ini. Dan aku temukan temanku lainnya terlambat
juga, gak sepenuhnya buat lega. Tapi paling enggak, bisa meminimalisir perasaan
yang sedari tadi memuncak muncak saja. Tapi apa yang kudengar? Menurut
penuturan temanku yang memang hobby kesiangan itu, kalo kami yang di kloter 2
itu baru bisa masuk kelas sampai jam istirahat tiba. APPAAA?? Itu artinya, gak
belajar dua jam pelajaran dan sama dengan 4 jam mata pelajaran! Aah..
reputasiku?!!!!
Semula aku berusaha tenang dan
berfikir positif. Tak lama munculah ayahku, dan mungkin itu karena sms-ku
sendiri yang memberitahukan ibuku bahwa aku telat. Dan disinilah.. ayahku mulai
menjelaskan alasan mengapa aku terlambat, yah ibuku baru beres operasi dan
belum boleh menggunakan kendaraan. Jadilah disini aku, seseorang yang biasa
diantar memulai kisahnya dengan naik angkot. Hem.. pembelajaran juga sih. Tapi
pihak sekolah dengan tegas tak mengenal kata alasan dan menguatkannya dalam 1
alasan, yaitu DISIPLIN! Ya udah, aku terima saja. Tapi ternyata, pecahlah
tangisku, sungguh memalukan memang. Iya kan? Tapi aku mulai ngebayangin perjuangan
pagi yang melelahkan dan sia-sia ini, ditambah aku merasa aku bisa bersandar di
bahu seorang ayah, kurasa itu tak masalah. Tapi entahlah. Dan setelah agak reda
tangisku, ayah kembali bertugas. Merepotkan memang si aku ini.. dan aku belum
mempersiapkan diri untuk sebuah aib baruku ini. Ih sialan yah.. pake diceritain
segala nangisnya. Tapi itulah aku. Nangis depan teman seangkatan juga adik
kelas! Aku hanya berharap tiba2 mereka hilang ingatan. Akhirnya di jam 07.30
kami diperbolehkan masuk melalui gerbang pidana itu -yang tinggi banget, dan
aku segera mencuci mukaku. Setelah kembali, ternyata kami belum diperbolehkan
masuk kelas. Disitu aku dibilangin abang satpam jangan nangis. Dalam hati aku
jawab “sudahlah.. kalau tidak mengerti lebih baik diam saja”. Gak lama seorang
guru mengintrogasi kami. Disitu dengan berani aku tanya “kenapa kalau guru
telat boleh dimasukin?” beliau beralasan dengan 1 kata BINGUNG, karena katanya
guru itu kan ada yang ngajar di jam pelajaran 2 atau 3 jadi susahlah dan
lain2nya. Aku mencibir dalam hati “ckckck.. guru ini pandai sangat dalam
beralasan rupanya!”
Gak lama kami pun diijinkan ke
kelas masing2. Perasaan gak lega makin menghantui kembali. Itu artinya kan aku
harus siap2 untuk dipermalukan di depan semua teman sekelas. Pak Us us yang
sedang mengajar saat itu menyuruh kami berdiri di depan kelas dan mempersilakan
kami untuk menjelaskan alasan keterlambatan kami ini dalam bahasa inggris.
Giliran aku terakhir, ejekan paling pedas pun terus terlontarkan dari teman
sekelas. Bisa aja aku berteriak dan ngebentak mereka untuk diam, karena memang
tidak ada unsur kesengajaan dan kebiasaan disini. Tapi imbasnya, itu hanya akan
berganti menjadi sebuah tangisan, yang malah akan membuatku di situasi yang
dianggap lemah oleh teman2 lainnya yang sedang menertawakanku saat itu. dan
yang bisa dilakukan aku saat itu, aku hanya nunduk, malu! Kini aku tau rasanya
jadi orang yang kesiangan dan itu sangat memalukan! Dan dengan baik hati Pak Us
us memperbolehkan aku untuk duduk.
Alhasil, soal hari ini aku gak
bisa cerita ke siapa2.. termasuk ke MitaSuciWildahRafni. Karena mereka membalas
sms pemberitahuan terlambatku tadi pagi dengan sebuah ejek2-an dan itu berhasil
membuat aku diam seribu bahasa hari itu. Sampai pulang sekolah tiba, aku
merasakan ada kesepian dan kejanggalan di antara kami. Aku tidak ingin
mengulanginya di hari lain. Dengan muka WAjah TAnpa DOSa, aku pun mulai isengin
mereka berempat. Dan kami akur seperti biasa. Mungkin itulah dia arti sahabat,
tidak mengenal seberapa buruk yang telah dilakukan oleh sahabat kita. Kita
mudah memaafkan dan menerima mereka kembali dalam hidup kita, tentunya tidak
dalam waktu yang lama. Tapi yah itulah hari ini. WOW!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar